Part 2: Kriteria Web yang Aksesibel

Di bagian pertama seri “Web Accessbility” kita sudah berkenalan dengan 5+1 jenis-jenis disabilitas. Di bagian kedua ini kita akan menggali lebih dalam tentang kriteria atau ciri-ciri sebuah web disebut accessible.
Accessible, diterjemahkan sebagai aksesibel, artinya mudah atau dapat diakses. Dengan kata lain, web kita mudah diakses oleh siapa saja, baik orang dengan disabilitas, maupun yang tidak.
POUR: Kriteria Web yang Aksesibel
Berdasarkan WCAG 2.0 dan 2.1, sebuah website dikatakan aksesibel apabila memenuhi 4 prinsip: perceivable, operable, understandable, dan robust. Disingkat “POUR”.
1. Perceivable: Dapat Dilihat, Didengar, dan Dipahami
Dapat dipahami dengan jelas, dapat diakses menggunakan satu atau lebih panca indera pengunjung. Misalnya, orang dengan gangguan penglihatan masih dapat mengakses web kita menggunakan indera pendengaran. Orang dengan gangguan pendengaran juga dapat mengakses web kita menggunakan indera penglihatan.
Contoh paling mudah adalah gambar. Orang dengan gangguan penglihatan mengakses web kita menggunakan mesin bernama screen reader. Karena indera penglihatannya terganggu, mereka membaca web kita menggunakan indera lain: pendengaran. Tetapi, screen reader tidak bisa melihat dan membaca gambar. Maka, agar gambar bisa “didengar” oleh tunanetra, kita menggunakan atribut alt-text
. Kata atau kalimat dalam alt-text
inilah yang nanti akan dibacakan oleh screen reader.
Selain itu, prinsip perceivable juga bisa ditujukan untuk crawler mesin pencari. Karena pada dasarnya mereka adalah mesin dan mesin tidak bisa membaca gambar.
2. Operable (Dapat Dioperasikan)
Web kita dan seluruh elemen di dalamnya harus dapat diakses menggunakan berbagai perangkat. Katakanlah dengan keyboard, mouse, touch screen, screen reader, atau voice assistant.
3. Understandable (Dapat Dimengerti)
Kawan saya yang desainer web pernah mengatakan bahwa tampilan web yang baik adalah web yang bisa dioperasikan oleh anak usia 5 tahun. Kaitannya dengan aksesibilitas web, artinya konten dan navigasi di web kita haruslah mudah dimengerti, termasuk penggunaan bahasa.
Contoh, atribut bahasa dalam tag <html lang="id-in">
. Setiap web harus memiliki atribut lang
yang menunjukkan bahasa apa yang digunakan dalam konten web.
4. Robust (Andal)
Konten web harus dirancang untuk dapat diakses oleh berbagai teknologi dan perangkat lunak, termasuk teknologi asistif.
Memastikan bahwa teknologi yang digunakan untuk membuat situs web dapat bertahan dari perkembangan masa depan dan kompatibel dengan berbagai platform.
Dari kacamata web developer, poin ini mencakup browser compatibility, mobile friendly, naming convention dalam penamaan ID, dan penggunaan semantic HTML.
Hindari juga menggunakan sintaks yang sudah usang (deprecated) karena deprecated syntax bisa menjadikan elemen sebuah web tidak berfungsi dengan baik. Selain itu, bisa mengancam keamanan data pengguna.
Mengapa Web Developer Perlu Peduli dengan Accessibility?
Ada beberapa alasan mengapa seorang web developer perlu peduli dan paham tentang web accessibility.
- Inklusif
Inklusif artinya mencakup keseluruhan tanpa membeda-bedakan. Dengan menerapkan accessibility, artinya Anda membuat web yang inklusif.
Hal ini sejalan dengan semangat yang mendasari lahirnya WAI, yaitu diversitas (keberagaman), ekualitas (kesetaraan), dan inklusif.
- Common sense
Membuat web yang mudah dan dapat diakses oleh semua orang seharusnya bukan lagi wacana yang asing, melainkan harus sudah menjadi common sense bagi seorang web developer. Dalam arti, sejak awal web developer telah berpikir dan mempraktikkan accessibility.
Misalnya, saat ngoding sebuah tombol, web developer sudah berpikir untuk membuat tombol yang tidak hanya berfungsi dengan baik, tapi juga dapat diakses oleh semua orang tanpa hambatan.
- Meningkatkan SEO
Pernahkah Anda menggunakan Google PageSpeed Insight atau Lightbox? Di sana ada skor untuk SEO, bukan? Coba lihat poin-poin yang diaudit. Salah satunya adalah atribut alt
pada image. And for your information, menambahkan alt-text
pada image adalah salah satu praktik accessibility.
Itu hanya satu poin, belum lagi poin yang lain. Jadi, web yang accessible = web yang ramah SEO.
- Meningkatkan jumlah pengguna
Berdasarkan data dari BPS, per Juni 2023 terdapat 22,97 juta penyandang disabilitas di Indonesia. Berarti 8,5% dari seluruh penduduk. Sekarang coba bayangkan andai web Anda sulit diakses oleh mereka? Berapa juta pengunjung yang telah Anda sia-siakan?
- Patuh pada hukum
Di beberapa negara, web accessibility merupakan hukum yang berlaku dan harus dipatuhi. Contohnya di Argentina, Kanada, Finlandia, dan Australia. Bila web Anda menyasar audiens di negara-negara ini, mau tidak mau aksesibilitas harus diterapkan.
Di Indonesia sendiri belum ada aturan khusus mengenai ini, tetapi semangat kesetaraan akses terus-menerus disuarakan.
- Meningkatkan pengalaman pengguna
Aksesibilitas web juga dapat meningkatkan pengalaman pengguna.
Accessibility Checker
Bagaimana cara mengecek accessibility web kita? Ada banyak alat yang bisa kita gunakan, tapi inilah yang saya rekomendasikan.
- Accessibility Insights for Web (ekstensi browser)
- Google PageSpeed Insights
- Lighthouse
- Wave (website)
Aksesibilitas sebuah web tak hanya tanggung jawab para developer, tetapi semua orang. Termasuk penulis, web designer, hosting provider, pemerintah, pelaku bisnis. Intinya semua orang yang terlibat baik secara langsung maupun orang-orang yang menentukan kebijakan.
Lalu, sebagai web developer, bagaimana caranya membuat web yang accessible? Apa saja yang perlu kita lakukan? Di bagian ketiga kita akan sama-sama belajar tentang WAI-ARIA dan contoh implementasinya. (eL)